Saturday 11 December 2010

A Hope from Trustee Link

Ku matikan tv.. Ada pekerjaan yang harus kuselesaikan,
Waktu terus berjalan, semakin hari semakin bertambah umurku, persaingan hidup pun semakin ketat bahkan susah untuk bisa bertahan dan menikmati hari tua yang lebih baik kalau kita belum bisa berdiri sendiri.
Seorang kakek, berjalan dengan terpaksa membawa bakul yang terasa berat, terlihat di kayu panggul yang dibawanya sampai berayun-ayun dibawa berjalan, matanya yang sayu juga bajunya yang basah oleh keringat.“peuyeum, peuyeum...” begitulah teriak sang kakek berkali kali sambil membawa barang dagangannya itu, panas terik pun tak ia hiraukan lagi, berjalan selangkah demi selangkah menyusuri pinggiran jalan sampai pundak itu berubah menjadi sebuah titik kecil di pandangan mataku yang kemudian hilang di kejauhan dan hanya suaranya yang samar-samar kerap terdengar sesekali di kejauhan,,masih ku tatap kakek yang terlintas di dalam di pikiranku kini. “akan seperti apakah aku kedepannya nanti?akankah seperti kakek itu berjualan sampai tuanya tetap berjualan dengan memanggul, bahkan lebih parah dari nasib sang kakek itu. Ataukah ku kan bisa menikmati hari tuaku dengan gaji perbulannya yang kuterima dengan menjadi seorang pegawai ataukah uang yang kan datang sendiri karena kemampuanku menghasilkan uang seperti apa yang diceritakan oleh Robert T Kiyosaki di salah satu bukunya. Tidak ada yang salah dengan kakek itu, ataupun orang-orang yang melakukan pekerjaan yang lebih berat dari itu, malahan mereka adalah para pejuang hidup yang tidak menyerah dalam keterbatasan. Yang salah adalah, kalau kita tak pernah berusaha untuk merubah hidup kita, menerima nasib bukanlah sabar, kalau kita belum berusaha memperbaikinya. Jikalau sebenarnya nasib juga ditentukan oleh usaha juga do’a kita yang terus menerus.
kulihat langit, biru..indah, segar terasa di mesjid ini.
    Kembali berjalan kususuri pinggiran kota ini, aku suka kota ini. Walau sebelumnya ada perasaan takjub juga takkala kususuri pinggiran kota lain. kota Jakarta, daerah klender tempat dimana bibiku tinggal bersama anak juga cucunya kini, jalan thamrin, sudirman, slipi,dan jalan-jalan lainnya dengan gedung-gedung tinggi saat aku melintasi dengan bis, megah kesannya, menjulang tinggi sampai ku tengadahkan kepalaku untuk pertama kalinya ku menginjakkan kaki di ibukotanya negaraku ini, Ada asa untukku bisa mandiri dengan merantau disana karena ada rekomendasi aku bisa bekerja di perusahaan gula yang berkembang dan akan di bangun lagi dan aku harus ke jakarta untuk interview seminggunya setelah mengirimkan lamaran kesana yang akhirnya gagal setelah beberapa minggu tinggal disana dengan alasannya Bosnya lagi ke batam. Dan untuk kedua kalinya kesana karena panggilan kerja setelah sebelumnya aku kirimkan lewat teman-temanku yang telah berhasil mengadu nasib di kota metropolitan itu. Tapi akhirnya aku kembali ke kota kembang ini, untuk kedua kalinya aku mencoba peruntungan disana tapi akhirnya kembali tanpa hasil aku lulus bekerja disana kecuali pengalaman yang takkan terlupakan di kota metro itu. Bandung, Paris Van Java, kota yang telah aku ketahui petanya dalam pikiranku, aku pernah melintasi setiap jalannya untuk mencari kerja setiap langkahnya dan juga mencari klien beberapa waktu sebelumya, sehingga tak pernah kuragukan lagi aku akan tersesat di kota ini. Dulu ada juga keinginan seperti ini, akan kulakukan di kota metro itu dengan membawa lamaran di tas yang telah siap aku kirimkan, juga aku simpan ke beberapa perusahaan yang aku temui nantinya seperti kota kembang ini, tetapi Jakarta sangat panas..jika kuterapkan teoriku mencari kerja di bandung dengan menyusuri jalanan sama dengan jakarta, alangkah tidak nyamannya. mandi keringat sudah terbayang di benakku sebelum masuk kantor, dan belum tentu perusahaan akan menerima langsung untukku bisa bekerja, jika sebelumnya,akan ditanya oleh wanita atau pria bertubuh tegap tentang maksud tujuanku datang dan akhirnya lamaran kan disimpan di pos penjagaan atau receptionist yang menyisakan harapan yang belum pasti akan keterima untuk bekerja, bahkan terpanggil pun belum tentu karena setiap perusahaan punya proseduralnya masing-masing untuk bisa menerima karyawan baru. Apa aku salah dengan teori door to door itu?karena yang salah menurutku, ketika aku diam saja menunggu hasil yang belum pasti dan tidak melakukan apa-apa. Aku nggak mau menyusahkan saudaraku atau temanku yang telah membawaku kerja yang pada akhirnya aku malah mengecewakan mereka, ada beban tersendiri jadinya. berbeda ketika kita diterima kerja dengan usaha sendiri. Tapi pikiran itu lambat laun hilang, jarang ada kesempatan untuk kedua kalinya. Aku pun menerima setiap tawaran kerja dari teman walau hasilnya seperti yang telah aku ceritakan diatas, Setidaknya aku tidak membuat mereka kecewa setelah mencoba membantuku tuk mencarikan pekerjaan.
     Ada Harapan menjadi diriku yang lebih baik lagi. Ada harapan membalikkan visiku kedepan menjadi lebih terang, hidup, dan menggembirakan dari kebosanan akan ketidakpastian akan hari esok. Aku berontak pada diriku sendiri, Seekor cicak pun bisa bertahan hidup walau nyamuk adalah makanan yang tidak mudah untuk ditangkap. Apalagi kita, makhluk sempurna yang diberi panca indera juga akal. Bertahun-tahun aku berharap untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang baik dengan lamaran lewat koran informasinya aku dapat atau pameran-pameran bursa kerja yang aku ikutin. ya Alhamdulillah kalau mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan terakhirku, tapi kalau pun tidak sesuai, setidaknya ada gaji perbulannya untukku bisa membiayai hidupku kedepannya, tidak menjadi beban orang tua, tidak menjadi beban buat orang lain dan mendapatkan pengalaman juga kedewasaan yang makin matang kedepannya. Aku akan menabungkan sebagian gaji yang ku terima nantinya.tapi, pekerjaan yang diharapkan itu tak pernah kudapatkan kecuali kegagalan yang kuterima berkali-kali dari hasil interview yang ditanyakan juga hasil tes yang mungkin mengecewakan bagi mereka akhirnya dan aku gagal lagi.

“Tak bisa, aku tak bisa menyerah dan ku tak mau, aku yakin kalau kita mau usaha, pasti kan ada jalannya” pikirku lagi..”Allah tak mungkin mendzalimi hambaNya, setelah apa yang selama ini aku alami dan rasakan. Aku harus percaya, bahwa kan ada rencana besar yang telah di persiapkan-Nya untukku kedepannya setelah semuanya, “Aku gak mau dan tak kan mau hidupku menjadi sia-sia seperti ini, tak pernah ku pesan menjadi seperti ini, tidak berguna, bahkan untukku sendiri.

Di bawah bumi masih ada bumi, dan di atas langit pun masih ada langit. Begitulah Allah menciptakan keberagaman untuk kita bisa mengambil hikmah juga manfaatnya, menaikkan derajat seseorang lebih dari yang lainnya agar bisa bertindak adil untuk rejeki yang berlimpah, itu adalah sebuah amanat yang besar tentunya, tidak mungkin ada namanya orang kaya tanpa adanya yang miskin.

Aku tak terlalu pandai bercerita langsung, tapi niat ini begitu kuat untuk menyeleaikan apa yang ku ingin bisa aku membuat dan merencanakannya. Kalaupun dulu ada kesalahan yang disadari ataupun tidak kusadari membuatku susah untuk mendapatkan kerja. Aku berharap hari ini juga kedepannya, semoga ada kesempatan bagiku untuk merubah semuanya, menghapus jejak-jejak kelam masa lalu. kalaupun akhirnya aku harus berdikari sendiri untuk mencari sesuap nasi, semoga pintu rejeki itu terbuka selebar-lebarnya untukku. Banyak pekerjaan rumah yang belum kuselesaikan sebelum aku berpulang dengan pertanggung jawaban hidupku disini, aku ingin membuat bangga keluargaku, terutama orang tua yang telah susah payah membesarkanku dengan ikhlas tanpa pamrih, membangun keluarga sendiri nantinya. Aku yakin, kalau niat kita baik, maka akan baik pula hasilnya dan moga-moga dimudahkan segalanya, Amien.,Allah Maha Besar.

By Tri Yulianto. 1 Muharram 1432 H

No comments:

Post a Comment

Tidak ada judul (sekali berarti)

20 tahun berlalu, apapun yang sudah terlalui, atau menjadi apa kita sekarang.. kita pernah ada, tahun yang mengagumkan. da...